YOUR NEVER WALK ALONE
Weekend.
Waktu yang sangat tepat untuk dinikmati bersama orang-orang yang kita sayangi
seperti misalnya keluarga, teman dekat, sahabat atau mungkin pasangan. Menikmatinya
pun bisa dengan banyak cara, salah satu yang biasa dilakukan masyarakat urban
yaitu datang ke tempat makan atau tempat nongkrong atau tempat makan yang bisa juga
buat sekedar nongkrong. Itu yang sedang popular. Hanya sekedar duduk, minum
kopi, ngobrol, menikmati suasana tempat nongkrong, menyaksikan live music,
setidaknya bisa men-charge kembali semangat setelah seminggu sebelumnya dihabiskan
untuk berkutat dengan kesibukan.
^^^
Mereka
terlihat bahagia, nampaknya. Ramai menceritakan banyak hal yang sudah mereka
lalui mungkin sehari ini, atau seminggu yang lalu atau mungkin sebulan yang
lalu. Tertawa haha hihi pamer behel gigi, disertai foto selfie. Demi apa berani
taruhan hasil foto itu pasti mereka upload di social media apapun bentuk dan
macamnya. Pamer pada semua pengikutnya tentang bagaimana cara menikmati masa
muda dan menghabiskan waktu bersama. Anak-anak remaja perempuan seusianya.
Di sisi
lainnya lagi, gerombolan cowok-cowok yang entah mereka membicarakan apa sama
hebohnya dengan kelompok di sebelahnya. Mungkin mereka saling membicarakan satu
sama lain, memperhatikan seberapa cantik gerombolan cewek yang duduk di sebelah
mereka. Saling mencuri pandang bahkan mungkin setelah itu mereka mencuri
masing-masing hati. Mereka Nampak seusia dengan gerombolan cewek-cewek di
sebelah, mungkin akan cocok dan semakin ramai jika mereka dijadikan satu.
Gejolak kawula muda.
Di
sudut sisi lainya, sepasang cowok dan cewek duduk bersebelahan saling
suap-suapan saat makan. Sungguh, mungkin mereka pikir ini rumah mereka sendiri
dan kita-kita yang sedang disini nggak terlihat. Mereka berdua nampak sangat
menikmati tanpa merasa terganggu dengan keberadaan yang lain ataupun merasa
risih. Model pacaran anak jaman sekarang?
Di satu
sisi lainya, mereka nampak serius berdua. Sepasang laki-laki dan perempuan, mungkin
pacaran. Laki-laki rapi berkaca mata dan berdasi, perempuan cantik bertubuh
tinggi menggunakan setelan kemeja dan rok mini. Mereka Nampak serasi walaupun
tidak saling suap-suapan seperti pasangan di sebelahnya. Gaya ngobrol mereka
jugag terlihat dewasa, mereka menikmati suasana di sini namun masih mengontrol
diri.
Sisi yang
lainnya lagi, sepasang suami istri bersama buah hati yang masih bayi. Keluarga
baru, masih seneng-seneng nya dan masih
menikmati hasil cinta mereka. Si bayi juga merasa nyaman dan tidak terganggu
dengan keramain di sini, dia kelihatan sebahagia orang tuanya. Ikut tertawa ketika
ayah ibu nya tertawa dan berbicara ketika ayah ibu nya juga bicara meskipun
dengan bahasa yang berbeda.
Sisi
sisi yang lainya masih sama, diisi oleh kelompok anak muda juga beberapa
pasangan lainya. Kelihatanya mereka memang menikmati hari ini di tempat ini
dengan suasana seperti ini.
“
Permisi, ini pesanan nya.” Datang sosok laki-laki muda menggunakan clemek dan nampan
berisi satu cangkir coklat panas dan sepiring pancake durian, mengagetkan
Bintang yang tengah mengamati pengunjung sebuah café baru di kawasan Semarang
bagian atas .
“
Terimakasih.” Jawab Bintang tersenyum ramah pada laki-laki di sebelahnya.
Laki-laki
itu membalas dengan senyuman yang sama kemudian menunduk memberi hormat.
“ Ada yang bisa kami bantu lagi?”
tawarnya.
“ Tidak terimakasih, aku akan
memanggil mu kembali jika membutuhkan sesuatu.”
“ Jangan sungkan. Semoga anda
menikmatinya dan selamat hari sabtu sore.” Tutupnya kemudian memberi isyarat
untuk segera pergi dengan membungkukan badan kembali. Bintang yang mengerti
maksutnya hanya membalas dengan senyuman kemudian menganggukan kepala tanda dia
mempersilahkan laki-laki itu pergi.
Setelah
kepergian laki-laki itu Bintang langsung mengambil cangkir berisi coklat panas
kesukaanya kemudian menyusrupnya sedikit. Masih sangat panas. Dia meletakan
kembali cangkirnya. Memandang berkeliling kembali orang-orang yang datang ke
tempat ini. Tempat baru, jadi masih banyak pengunjungnya, terlebih ini sabtu
sore seperti yang di katakana waiters tadi. Bintang hanya tersenyum memandang
satu persatu meja yang terisi penuh. Minimal mereka datang bersama dengan satu
teman atau pasangan, jadi tidak sendirian seperti dirinya. Menyadari itu
Bintang kemudian mengambil smartphone nya. Memeriksa pemberitahuan yang masuk
namun juga tidak ada. Dia iseng membuka akun instagramnya, beberapa foto dari
akun yang telah dia ikuti bermunculan di sana. Rata-rata sama, mereka
mengunggah foto kebersamaan dengan teman, sahabat, pasangan atau keluarga
seperti yang terlihat di hadapannya tadi. Bintang meletakan kembali smarphone
nya ke meja dan mengabaikannya di sana. Memilih untuk memperhatikan meja di
ujung pintu yang berisi sekelompok anak muda cowok-cewek bercampur jadi satu.
Kelihatannya mereka menikmati kebersamaan itu, bintang tersenyum dalam hati.
Dia tidak benar-benar punya teman sebanyak dan se asik itu. Dia hanya memiliki
satu sahabat cewek dari SMP, tapi sekarang pun sudah menikah dan memiliki
kehidupan sendiri. Meskipun persahabatan mereka tetap terjalin tapi bukan
berati mereka tetap memiliki kebebasan yang sama seperti dulu ketika sahabatnya
belum menikah kan. Bintang jadi sungkan untuk mengajak Dinar keluar sekedar
duduk menikmati kopi dan suasana sabtu sore seperti hari ini. Tidak ada masalah
dengan suaminya karena dia juga mengenal baik suaminya, hanya saja Bintang
memahami Dinar yang sudah memiliki kewajiban lain sebagai seorang istri
pastinya.
Bintang juga memiliki sahabat
lainnya yang dia temui saat pertama kali masuk kuliah beberapa tahun lalu.
Andita. Di awal semester mereka selalu berdua, sampai akhirnya Andita
memutuskan untuk tidak meneruskan kuliahnya dan memilih focus pada
pekerjaannya. Mereka kuliah di universitas swasta yang menyediakan kelas sore
bagi para pekerja dan Bintang juga Andita sendiri memangg sudah bekerja. Sejak
itu Bintang tidak benar-benar memiliki teman dekat di kampus. Hanya teman biasa
yang sama-sama saling membutuhkan untuk keperluan perkuliahan. Dia juga tidak
akrap dan dekat dengan teman seangkatan. Entah apa yang salah dalam diri
Bintang, dia sulit sekali akrap dengan orang. Itu yang menjadikan dia sampai
sekarang tidak memiliki banyak teman. Persahabatan Bintang dengan Andita masih
terjalin sampai saat ini, hanya saja intensitas bertemu dan keakrapan sudah
berkurang. Terlebih Andita juga sudah memiliki pacar dan pastinya memiliki
kesibukan sendiri dengan pacarnya jika sabtu sore tiba seperti hari ini.
Bintang mengalihkan perhatianya pada
pasangan yang duduk di sebelah meja nya. Laki-laki rapi berdasi dengan
perempuan tinggi pakai rok mini. Mereka pasangan kekasih, gesture mereka
kebaca. Bintang tersenyum kembali dalam hati. Sudah berapa lama dia tidak
memiliki teman dekat laki-laki, dia sedang berfikir. Satu tahun? Dua tahun?
Tiga tahun? Ah sepertinya yang terakhir benar. Tiga tahun. Tiga tahun dia
jalani tanpa memiliki pasangan. Sebenarnya satu tahunan yang lalu dia sempat
deket dengan laki-laki di kampus, dia kakak angkatan satu tingkat diatasnya.
Mereka bertemu dan mulai akrap saat melakukan perjalanan Kuliah Kerja Lapangan
di Jakarta dan Bandung. Setelah itu mereka semakin dekat dan akrap, intinya
Bintang sudah dibikin banyak menaruh harapan pada laki-laki itu. Namun entah
kenapa tiba-tiba laki-laki itu menghilang dan tahu-tahu sudah punya pacar adek
angkatanya. Setelah itu Bintang sama sekali nggak respek sama kaum laki-laki.
Oke katakan lah memang Bintang yang terlalu percaya diri bahwa Fadly, kakak
angkatan yang dekat dengannya itu menaruh hati untuknya nya. Tapi melihat apa
yang sudah Bintang dan Fadli lakukan selama bersama masak iya itu hanya
kepercayaan diri Bintang. Entahlah, apakah semua laki-laki seperti itu. Bintang
mulai putus asa.
Sebelumnya, tiga tahun yang lalu
juga Bintang pernah menjalin hubungan dengan laki-laki, Katon namanya. Pacaran
gitu lah, tapi sebentar dan kemudian putus. Itu pacar pertama Bintang tapi
bukan cinta pertamanya. Bintang tidak sebanding dengan Katon, Bintang terlalu
baik. Butuh beberapa tahun bagi Bintang untuk menyembuhkan sakitnya karena
Katon, yang akhirnya dipertemukan dengan Fadly. Namun toh tidak lebih baik dari
Katon. Fadly juga memberikan luka yang sama.
Bintang mengambil coklat panas nya
dan menyusrupnya kembali. Sudah tidak sepanas tadi, dan memutuskan untuk
meneguknya beberapa kali. Hangat melewati tenggorokan seperti memberikan ketenangan.
Dia tersenyum dan sekali lagi melihat ramainya pengunjung. Tidak menemukan
apapun selain sepi. Dan mengingat kembali masa lalu nya tadi membuat dirinya
benar-benar merasa kesepian. Dulu mungkin tidak berasa sepi itu karena dia
memiliki kesibukan cukup menyita banyak waktunya, jadi tidak ada sisa waktu
untuk memikirkan hal seperti itu. Namun beberapa bulan terakhir dia benar-benar
tidak memiliki kegiatan. Dia sudah dua bulan resigne dari pekerjaan dan
kuliahnya juga belum di mulai. Jadi waktu yang biasa dia gunakan untuk
memikirkan pekerjaan dan kuliah terganti dengan memikirkan bagaimana nasib
hatinya. Sungguh itu berasa sekali. Karena Andita belakangan juga mulai susah
dihubungi dan dari yang Bintang tahu melalui akun social medianya Andita tengah
sibuk jalan-jalan bersama pacarnya jadi Bintang tidak memiliki teman berbagi
lagi. Itu alasan kenapa sore ini dia datang ke tempat ini, berusaha mencari
pencairan dari rasa sepinya. Tidak seperti harapannya, justru yang dia dapat
adalah perasaan yang semakin sepi. Pemandangan di hadapannya memperjelas betapa
dia tidak memiliki siapapun saat ini.
Bintang meletakan cangkir berisi
coklat panas yang baru saja di habiskan ke meja. Dia berganti mengambil macbook
yang dari tadi dia letakan di kursi sebelahnya. Menekan tombol power kemudian
menyalakan. Setelah beberapa menit mengoperasikan macbooknya dia memanggil
waiters yang tengah berdiri tidak jauh dari meja nya.
“ Mas password wifi nya apa ya?”
“ Oh ketik saja sabtumalam tanpa
spasi kak.” Jawab waiters laki-laki yang tadi mengantarkan pesanannya. “
bisa?” tambah laki-laki itu memastikan.
Bintang
mengangguk. “ iya. Makasih ya. Oh iya aku pesen coklat panas nya lagi satu
cangkir ya.”
“ Baik, ada lagi yang bisa saya
bantu kak?”
“ Tidak.”
“ Baik, mohon ditunggu pesanannya.”
Pamit waiter laki-laki itu kemudian membungkukan badan dan di jawab anggukan
oleh Bintang kemudian waiter itupun berlalu.
Bintang
mulai membuka akun blog nya di macbook dan menuliskan beberapa kalimat di sana.
Beberapa kalimat hingga membentuk satu paragraf. Kemudian paragraph berikutnya
dan terus berlanjut. Jemari tangannya terus menari dengan indah diatas keyboard
macbook kesayangannya. Macbook itu bahkan lebih setia dari kedua sahabat dan
kedua laki-laki yang pernah mampir dihatinya untuk selalu menemani dia dalam
sepi seperti ini.
Dia memang suka menulis, kegiatan itu selalu berhasil mengusir rasa sepinya. Dia seperti merasa menemukan dunia lain yang membuatnya bahagia saat dia mulai menceritakan kehidupannya dalam bentuk cerpen atau flashfiction atau artikel apapun. Tidak banyak yang memberikan komentar memang dalam setiap postinganya, tapi dia tahu banyak yang membaca tulisanya dari statistic yang di tunjukan oleh akun blognya. Dia seolah sedang bercerita dengan orang lain mengenai apa yang dia rasakan saat itu meskipun tidak ada balasan apapun dari yang dia ajak cerita.
Baginya
setiap orang punya cara untuk mengekspresikan perasaan dan menemukan
kebahagiannya.
“
Mereka,..” Bintang melihat keramaian pengunjung di hadapannya. “ yang terlihat
bahagia belum tentu sebahagia yang ditampakan. Dan saya, yang terlihat kesepian
belum tentu se sepi yang saya tampakan. Saya hanya sedang bahagia dengan cara
saya sendiri.”
Bintang menyelesaikan prolog nya sendiri.